Selasa, 09 Oktober 2018

Umrah gratis dari Aceh untuk Judo Miftahul Jannah Atlet


Umroh Berkualitas Dengan Umroh Murah di Jakarta

Langkah-langkah yang diambil oleh hakim dari Komite Paralimpik Nasional Indonesia (NPC) dari Aceh, Miftahul Jannah, dihentikan di babak 16 buta nomor (buta) judo 52 kilogram Asian Para Games 2018. Jika tidak didiskualifikasi, Miftah - kata Miftahul-- harus bersaing dengan atlet asal Mongolia, Oyun Gantulga, di Grand Ballroom JIExpo, Senin (10/8).

Pertandingan itu rusak karena tekad Miftah untuk tetap mengenakan jilbab saat bertanding. Dalam aturan Federasi Judo Internasional (IJF), kepala atlet judo tidak dapat ditutup kecuali karena alasan medis. Sama halnya, aturan untuk rambut panjang harus diikat.

Tekad Miftah membawa simpati dan pujian. Hadiah Umrah pertama diberikan oleh Parlemen Fraksi PKS. Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini menghargai sikap Miftah bahwa dia masih mencoba untuk melobi dewan juri untuk terus berkompetisi.

Bahkan tidak hanya dari PKS, apresiasi juga diberikan berbondong-bondong dari masyarakat Aceh. Salah satu warga di kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), berpartisipasi dalam memberikan Umrah gratis.

"Sosok Miftah menggambarkan kita, bagaimana seorang wanita Muslim yang tetap teguh dalam aturan agama." Hati saya gemetar, dengan hati yang tulus dan tulus, saya memberinya hadiah Umrah, "kata Zul Karnain, seorang warga di Abdya, dihubungi oleh kumparan Selasa (9/10).

Zul melihat bahwa insiden Miftah, yang telah berlatih selama sepuluh bulan, adalah masalah iman. Miftah memilih dengan prinsipnya sendiri.
"Saya melihat ini lebih pada masalah aqidah dan sosok seorang Miftah telah memilih pilihan yang tepat. Jika ada kontrak, saya rasa itu menyenangkan. Tetapi dalam hal ini kita harus memberikan dukungan dan penghargaan, Miftah menunjukkan keteguhan sebagai Wanita Muslim, "katanya.

Pemberian hadiah Umrah, kata Zul, adalah rasa saling menghormati sesama Muslim yang patut dicontoh. "Sebenarnya, saya tidak lagi berniat, tapi itu wajib, tanggung jawab sebagai seorang muslim harus menghormati satu sama lain, intinya begitu," tambah Zul.

Hal yang sama sebelumnya diangkat oleh Wakil Bupati Abdya, Muslizar MT. Muslizar merasakan kebesaran keinginan Miftah untuk diusir dari arena dan menerima kekalahan sebelum bertanding.

"Meski kecewa, tetapi memberi anugerah sikap Miftah ananda. Sikap yang diambil sangat tepat, bukan hanya karena mengejar prestasi dan menghilangkan jati diri," kata Muslizar.

0 komentar:

Posting Komentar